Sastra Dalam Surat

di sini , diantara kemeriahan dan bintang . . . aku memilih sunyi

Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bukan sembarang bunyi saja, melainkan bunyi tertentu,
yang agak berbeda-beda menurut bahasa tertentu. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan
fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya, dan menurut sifat-sifat
akustiknya. Berbeda dengan fonetik, ilmu fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut
fungsinya


Misalnya saja, bunyi [p]-lazimnya bunyi menurut sifat fonetisnya diapit antara kurung
persegi - dalam bahasa Inggris dilafalkan dengan menutup kedua bibir lalu melepaskannya
sehingga udara keluar dengan "meletup". Deskripsi seperti itu adalah deskripsi fonetis.
Deskripsi yang demikian dapat disempurnakan lebih terinci. Misalnya, dalam kata (Inggris)
pot, [ph]-nya "beraspirasi", artinya disusul bunyi seperti bunyi [h] (oleh karena [ph] dalam pot
adalah satu-satunya bunyi "letupan" pada awal kata); akan tetapi dalam kata spot, [p]-nya
tidak "beraspirasi" demikian "(karena tidak merupakan satu-satunya "konsonan" pada awal
kata). Perbedaan tersebut adalah perbedaan fonetis semata-mata, tidak fonologis.
Dua bunyi yang secara fonetis berbeda dikatakan mempunyai perbedaan fonologis bila
perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan makan antara dua kata. Misalnya saja, dalam
bahsa Indonesia [1] dan [r] berbeda secara fungsional, atau secara fonologis, karena
membedakan kata seperti dalam pasangan rupa : lupa. Maka untuk bahasa Indonesia /1/ dan
/r/ merupakan "fonem" yang berbeda (lazimnya, lambang fonem diapit antara garis miring).
Sebaliknya, dalam bahasa Jepang, [l]dan [r] tidak pernah membeda kata-kata yang berbeda;
atau, dengan perkataan lain, tidak berbeda secara fonologis, tidak merupakan fonem yang
berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar